
Nabi
Adam A.S. adalah Manusia pertama yang hidup dimuka bumi. Menurut ahli
arkeologi pula, terdapat mahkluk lain yang hidup di permukaan bumi
sebelum manusia. Adakah makhluk lain yang hidup di muka bumi sebelum
Nabi Adam A.S. @ manusia? Nak tahu makhluk apa? Sebelum tu, mari kita
lihat dulu kisah penciptaan Nabi Adam A.S.
Wujud Adam Menurut Islam
Adam (Ibrani: אָדָם; Arab:آدم, bererti tanah, manusia, atau cokelat
muda) (sekitar 5872-4942SM) adalah dipercaya oleh agama-agama Samawi
sebagai manusia pertama, bersama dengan isterinya yang bernama Hawa.
Menurut Agama Samawi pula, merekalah orang tua dari semua manusia yang
ada di dunia. Perincian kisah mengenai Adam dan Hawa berbeza-beza antara
agama Islam, Yahudi, Kristian, maupun agama lain yang berkembang dari
ketiga agama Abrahamik ini.
Adam hidup selama 930 tahun setelah penciptaan (sekitar 3760-2830 SM),
sedangkan Hawa dijadikan ketika Adam berusia 130 tahun. Al-Quran memuat
kisah Adam dalam beberapa surat, di antaranya Al-Baqarah ayat 30-38 dan
Al-A’raaf ayat 11-25. Ia mendapat gelar dari Allah dengan gelar Safi
Allah.
Menurut ajaran Islam, Adam adalah manusia sempurna, berjalan tegak
dengan kedua kakinya, berpakaian yang menutup aurat, berbahasa fasih
dengan jutaan kosa kata. Dia adalah seorang nabi yang menerima wahyu
dari Allah serta syariat khusus untuk manusia saat itu.
Susuk Adam digambarkan sangat beradab sekali, memiliki ilmu yang tinggi
dan ia bukan makhluk purba. Ia adalah makhluk penghuni surga yang penuh
peradaban maju. Turun ke muka bumi boleh dikatakan sebagai alien dari
sebuah peradaban yang jauh lebih maju dan jauh lebih cerdas. Kerana
itulah disebut sebagai `khalifah` di muka bumi dan ia dikatakan jenis
makhluk terbaru di muka bumi yang sebelumnya belum pernah ada.
Dalam gambarannya ia adalah makhluk yang teramat cerdas, sangat
dimuliakan oleh Allah, memiliki kelebihan yang sempurna dibandingkan
makhluk yang lain dan diciptakan dalam bentuk yang terbaik. Sesuai
dengan Surah Al Israa' ayat 70, yang berbunyi:
“Dan
sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di
daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan
Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan
makhluk yang telah Kami ciptakan”
(Al Israa' : 70)
Dalam surah At-Tiin ayat 4 yang berbunyi:
“sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.”
(At Tiin : 4)
Dahulu ketika baru selesai diciptakan, seluruh malaikat bersujud
kepadanya atas perintah Allah, lantaran kecerdasannya itu. Kecerdasannya
menjadikannya makhluk yang punya darjat amat tinggi di tengah makhluk
yang pernah ada. Sama sekali berbeda jauh dari gambaran manusia purba
Charles Darwin, yang digambarkan berjalan dengan empat kaki dan menjadi
makhluk purba berpakaian seadanya.
Penciptaan Adam
Setelah
Allah SWT. menciptakan bumi, langit, dan malaikat, Allah berkehendak
untuk menciptakan makhluk lain yang nantinya akan dipercaya menghuni,
mengisi, serta memelihara bumi tempat tinggalnya. Saat Allah memberitahu
para malaikat akan kehendak-Nya untuk menciptakan manusia, mereka
khuatir makhluk tersebut nantinya akan membangkang terhadap
ketentuan-Nya dan melakukan kerusakan di muka bumi. Berkatalah para
malaikat kepada Allah:
“Mengapa
engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat
kerosakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa
bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?"
(Al-Baqarah : 30)
Allah kemudian berfirman untuk menghilangkan keraguan para malaikat-Nya:
“Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui."
(Al-Baqarah : 30)
Lalu diciptakanlah Adam oleh Allah
dari segumpal tanah liat yang kering dan lumpur hitam yang dibentuk
sedemikian rupa. Setelah disempurnakan bentuknya, maka ditiupkanlah roh
ke dalamnya sehingga ia dapat bergerak dan menjadi manusia yang
sempurna. Awalnya Nabi Adam a.s. ditempatkan di syurga, tetapi terkena
tipu daya iblis kemudian diturunkan ke bumi bersama istrinya kerana
mengingkari ketentuan Allah.
Adam diturunkan dibumi bukan karena
mengingkari ketentuan, melainkan dari sejak akan diciptakan, Allah sudah
menunjuk Adam sebagai khalifah di muka bumi. jadi meskipun tidak
melanggar ketentuan (Allah) adam akan tetap diturunkan kebumi sebagai
khalifah pertama.
Adam merupakan nabi dan juga manusia
pertama yang bergelar khalifah Allah yang dimuliakan dan ditinggikan
derajatnya. Ia diutus untuk memperingatkan anak cucunya agar menyembah
Allah. Di antara sekian banyak anak cucunya, ada yang taat dan ada pula
yang membangkang.
Persoalan Makhluk Sebelum Adam
Menurut syariat Islam, manusia tidak
diciptakan dibumi, tapi manusia dijadikan khalifah (pengganti/penerus)
di bumi, sebagai makhluk pengganti yang tentunya ada makhluk lain yang
di ganti, dengan kata lain adalah Adam 'bukanlah Makhluk Pertama'
dibumi, tetapi ia adalah 'Manusia Pertama' dalam ajaran Agama Samawi,
dan Allah tidak mengatakan untuk mengganti manusia sebelumnya, tapi
pengganti makhluk yang telah membuat kerusakan dan menumpahkan darah
dibumi.
Sebelum kehadiran manusia telah
banyak umat yang terdiri malaikat, jin, haiwan, tumbuhan dan sebagainya,
kerana dalam Al-Qur'an ciptaan Allah disebut juga dengan kata umat.
Sesuai dengan salah satu surah Al An'aam 32, yang berbunyi:
“Dan
tiadalah binatang-binatang yang ada di bumi dan burung-burung yang
terbang dengan kedua sayapnya, melainkan umat (juga) seperti kamu.
Tiadalah Kami alpakan sesuatupun dalam Al-Kitab, kemudian kepada
Tuhanlah mereka dihimpunkan.”
(Al An'aam : 32)
Menurut Arkeologi
Dari ayat Al-Baqarah 30, banyak
mengundang pertanyaan, siapakah makhluk yang berbuat kerosakan yang
dimaksud oleh malaikat pada ayat di atas. Dalam kajian Arkeologi,
berdasarkan fosil yang ditemukan, memang ada makhluk lain sebelum
manusia. Mereka nyaris seperti manusia, tetapi memilki karakteristik
yang sangat primitif dan tidak berbudaya.
Volume otak mereka lebih kecil dari
manusia, oleh kerana itu, kemampuan mereka berbicara sangat terbatas
karena tidak banyak suara vowel yang mampu mereka bunyikan. Kelompok
makhluk ini kemudian dinamakan oleh para arkeolog sebagai Neanderthal.
Sebagai contoh Pithecanthropus
Erectus memiliki volume otak sekitar 900 cc, sementara Homo sapiens
memiliki volume otak diatas 1000 cc (otak kera maksimal sebesar 600 cc).
Maka dari itu bisa diambil kesimpulan bahwa semenjak 20,000 tahun yang
lalu, telah ada susuk makhluk yang memiliki kemampuan akal yang
mendekati kemampuan berfikir manusia pada zaman sebelum kedatangan Adam.
Penafsir Al-Qur'an dan Hadis
Surah Al Hijr ayat 27 menjelaskan tentang makhluk sebelum manusia adalah bangsa Jin:
“Dan Kami telah menciptakan jin sebelum (Adam) dari api yang sangat panas.”
(Al Hijr : 27)
Mengenai penciptaan Adam sebagai khalifah di muka bumi diungkapkan dalam Al-Qur'an:
“Dan
(ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada Malaikat; “Sesungguhnya Aku
hendak menjadikan seorang khalifah di bumi”. Mereka bertanya (tentang
hikmat ketetapan Tuhan itu dengan berkata): “Adakah Engkau (Ya Tuhan
kami) hendak menjadikan di bumi itu orang yang akan membuat bencana dan
menumpahkan darah (berbunuh-bunuhan), padahal Kami senantiasa bertasbih
dengan memuji-Mu dan mensucikan-Mu?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku
mengetahui akan apa yang kamu tidak mengetahuinya.”
(Al-Baqarah : 30)
Nama makhluk yang diungkapkan para
ahli arkeologi diatas kemudian dikaitkan pada pendapat para ahli
mufassirin. Salah satu diantaranya adalah Ibnu Jazir, dalam kitab tafsir
Ibnu Katsir mengatakan:
"Yang dimaksud dengan makhluk sebelum Adam diciptakan adalah Al-Jan yang suka berbuat kerusakan."
Menurut salah seorang perawi hadis yang bernama Thawus al-Yamani, salah
satu penghuni sekaligus penguasa/pemimpin di muka bumi adalah dari
golongan jin. Ada juga yang mengatakan bahwa telah ada 3 umat yang utama
sebelum Adam. Dua diantaranya dari bangsa jin, sedangkan kaum yang
ketiga adalah dari golongan yang berbeza dari jin, kerana mereka ini
berdarah dan berdaging. Golongan ketiga ini adalah mereka yang
dimaksudkan sebagai “man yufsidu feehaa wa yasfiku al-dimaa’: golongan
yang membuat kerusakan dan menumpahkan darah” seperti yang diulas oleh
Malaikat di dalam ayat al-Quran 2: 30. Ini pendapat yang dilontarkan
oleh Al-Maqdisi.