Isnin, 8 Julai 2019

Antara Manusia, Burung Dan Cacing

Bila kita sedang mengalami kesulitan hidup kerana himpitan keperluan, cubalah kita ingat pada burung dan cacing. Kita lihat burung tiap pagi keluar dari sarangnya untuk mencari makan. Tidak terbayang sebelumnya ke mana dan di mana ia harus mencari makanan yang diperlukan.

Kerana itu kadangkala petang hari ia pulang dengan perut kenyang dan dapat membawa makanan buat keluarganya, tapi kadang makanan itu cuma cukup buat keluarganya, sementara ia harus "puasa". Bahkan seringkali ia pulang tanpa membawa apa-apa buat keluarganya sehingga ia dan keluarganya harus "berpuasa". Meskipun burung lebih sering mengalami kekurangan makanan kerana tidak punya punca yang tetap, apalagi setelah kawasannya banyak yang diceroboh manusia, namun yang jelas kita tidak pernah melihat ada burung yang berusaha untuk bunuh diri. 

Kita tidak pernah melihat ada burung yang tiba-tiba melayangkan kepalanya ke batu. Kita tidak pernah melihat ada burung yang tiba-tiba menenggelamkan diri ke sungai. Kita tidak pernah melihat ada burung yang memilih meminum racun untuk mengakhiri penderitaannya. Kita lihat burung tetap optimis akan makanan yang dijanjikan Allah. Kita lihat, walaupun kelaparan, tiap pagi ia tetap berkicau dengan merdunya. Tampaknya burung menyedari bahawa demikianlah hidup, suatu waktu berada di atas dan di lain waktu terhempas ke bawah. Suatu waktu kelebihan dan di lain waktu kekurangan. Suatu waktu kekenyangan dan di lain waktu kelaparan.

Sekarang marilah kita lihat haiwan yang lebih lemah dari burung, iaitu cacing. Kalau kita perhatikan, binatang ini seolah-olah tidak mempunyai keupayaan yang layak untuk survive atau bertahan hidup. Ia tidak mempunyai kaki, tangan, tanduk atau bahkan mungkin ia juga tidak mempunyai mata dan telinga. Tetapi ia adalah makhluk hidup juga dan, sama dengan makhluk hidup lainnya, ia mempunyai perut yang apabila tidak diisi maka ia akan mati.Tapi kita lihat , dengan segala keterbatasannya, cacing tidak pernah putus asa dan kecewa untuk mencari makan. Tidak pernah kita menyaksikan cacing yang mengetuk-ngetukkan kepalanya ke batu.

Sekarang kita lihat manusia. Kalau kita bandingkan dengan burung atau cacing, maka keupayaan yang dimiliki manusia untuk mencari nafkah jauh lebih canggih. Tetapi kenapa manusia yang dibekali banyak kelebihan ini seringkali kalah dari burung atau cacing ? Mengapa manusia banyak yang putus asa lalu bunuh diri menghadapi kesulitan yang dihadapi? Padahal rasa-rasanya belum pernah kita lihat cacing yang berusaha bunuh diri kerana putus asa. Rupa-rupanya kita perlu banyak belajar dari burung dan cacing.
Wallahu’alam.

2 ulasan:

Rosemildo Sales Furtado berkata...

O que ocorre, é que o homem, por mais que tente parecer forte, inteligente e capaz de superar os obstáculos que se lhes aparecem, não passa de um fraco. Lamentavelmente o homem, ou nunca teve, ou perdeu completamente a fé em DEUS, daí, o porquê desses procedimentos.

Abraços,

Furtado.

Tanpa Nama berkata...

Selamat Hari Raya Aidilfitri dan Selamat Bercuti dari IMCurtain.

p/s: We would like to invite all bloggers to join our blogging community which can helps you getting more visitors to your blogs. It's totally free! Social Blogger Community

MEDAL OF HONOR TO ALL MY FOLLOWERS. PLACE IT TO YOUR BLOG.TQ FOR YOUR SUPPORT.

WSB

PENAFIAN / DENIAL

B'jue Corner tidak bertanggungjawab terhadap sebarang kehilangan atau kerosakan yang dialami kerana menggunakan kandungan di dalam blog ini.

B'jue Corner irresponsible on any loss or damage undergone because use content in this blog.

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...