Isnin, 27 Jun 2016

Adab Bersin Dan Menguap

Adab Bersin Dan Menguap

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “sesungguhnya Allah mencintai bersin dan membenci menguap, maka apabila salah seorang dari kalian bersin dan bertahmid kepada Allah maka wajib atas seluruh muslim yang mendengarkannya untuk mengatakan : yarhamukallah (semoga Allah merahmatimu), adapun menguap maka sesungguhnya dia dari syaithan, maka apabila salah seorang dari kalian menguap maka hendaknya dia tahan semampunya….al-hadits”[1].
Di antara adab-adabnya :
Pertama : Adab-adab Bersin
  1. Mendoakan Orang Yang Bersin[2]
Adalah perkara yang diperintahkan dan disunnahkan, dan termasuk perkara kesempurnaan agama kita dengan mensyariatkan kepada mereka doa yang mereka ucapkan setelah bersin –yang mana dia adalah nikmat Allah atas mereka[3]-, maka dengan bersin tersebut mereka memuji Allah, dengan bersin tersebut mereka saling mendoakan rahmat dan memohon kepada Allah hidayah dan baik keadaan.

Dari Al-Barra’ bin ‘Azib radhiallahu ‘anhu dia berkata : “Nabi memerintahkan kepada kami dengan tujuh perkara dan melarang kami dari tujuh perkara maka beliau menyebutkan menjenguk orang sakit, mengikuti jenazah, mendoakan orang bersin, membalas salam, menolong orang yang dizhalimi, memenuhi undangan, dan memperhatikan keinginan orang yang bersumpah”[4].

Mendoakan orang yang bersin adalah fardhu kifayah apabila sebagian orang yang hadir melaksanakannya maka gugur perintah mendoakan bagi yang lainnya[5]. Dan tidak sepatutnya meninggalkan perkara ini berdasarkan sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam pada hadits yang telah lalu : “apabila salah seorang dari kalian bersin dan bertahmid kepada Allah maka wajib atas setiap muslim yang mendengarnya untuk mengucapkan “ yarhamukallah “baginya”.
  1. Mendoakan orang yang bersin hanyalah ketika mendengar tahmid dari orang yang bersin
Hal itu berdasarkan hadits yang Anas radhiallahu ‘anhu riwayatkan dia berkata : “Ada dua orang bersin di sisi Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka beliau mendoakan salah seorang dari keduanya dan tidak mendoakan yang lain, maka orang itu berkata : Wahai Rasulullah : engkau mendoakan orang ini dan engkau tidak mendoakan saya?
Beliau berkata : “Sesungguhnya orang ini memuji Allah dan kamu tidak memuji Allah”[6].

Dan dari Abu Musa Al-Asy’ari radhiallahu ‘anhu dia berkata : Saya mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Apabila salah seorang dari kalian bersin dan bertahmid kepada Allah maka hendaknya kalian mendoakannya, maka apabila dia tidak bertahmid kepada Allah maka janganlah kalian mendoakannya”[7].

Masalah :
Apakah harus mendengarkan tahmid orang yang bersin untuk mendoakannya, atau cukup dengan mengetahui hal tersebut dari orang yang medoakannya yang berada di sekitarnya?

Jawab :
Yang jelas bahwa hendaknya seseorang medoakannya apabila benar-benar dia memuji Allah, dan bukanlah tujuannya orang yang mendoakan mendengar tahmid, namun maksudnya adalah adanya tahmid itu sendiri, maka kapan saja terjadi tahmid maka mesti diucapkan doa, sebagaimana kalau yang mendoakan itu orang yang tuli, dan melihat gerakan mulut orang yang bersin bertahmid. Dan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Apabila dia bertahmid, maka hendaknya kalian mendoakannya. Inilah pendapat yang benar. Demikian penjelasan Ibnu Qayyim[8].

Masalah lainnya :
Apakah disunnahkan mengingatkan orang yang lupa memuji Allah setelah bersin sehingga dia mendoakannya?

Jawab :
Sebagian ulama seperti An-Nakha’i dan An-Nawawi memilih pendapat untuk mengingatkannya, karena hal itu bagian dari bab tolong menolong di atas perbuatan kebaikan dan taqwa, dan bab nasihat dan amar ma’ruf.

Dan sebagian lainnya seperti Ibnu Al-‘Arabi dan Ibnul Qayyim memilih pendapat bahwa tidak perlu untuk diingatkan. Ibnul Qayyim Al-Jauziyah berkata : “Zhahir dari sunnah menguatkan pendapat Ibnul Arabi, dan ini merupakan pelajaran bagi orang tersebut, dan penghalang dari berkah doa bagi orang yang menghalangi dirinya keberkahan tahmid, dan melupakan Allah, maka Allah memalingkan hati-hati kaum mu’minin dan lisan-lisan mereka dari mendoakannya, dan kalau saja mengingatkannya untuk bertahmid itu sunnah, tentu Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam lebih utama untuk melaksanakannya dan mengajarkannya, dan menolongnya untuk hal tersebut “[9].
  1. Sunnah Orang Yang Bersin Mengucapkan : Alhamdulillah Atau Alhadmdulillah Ala Kulli Hal
Berdasarkan hadits Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Apabila salah seorang diantara kalian bersin maka hendaknya mengucapkan Alhamdulillah…al-hadits”, pada lafazh Abu Daud : “Maka hendaknya mengucapkan Alhamdulillah ala kulli hal”[10].
  1. Sunnah Orang Yang Mendoakan Orang Yang Bersin Mengucapkan : Yarhamukallah
Berdasarkan hadits Abu Hurairah yang telah lalu : bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Apabila salah seorang dari kalian bersin hendaknya mengucapkan : Alhamdulillah, dan saudaranya atau yang menemaninya mengucapkan doa untuknya : Yarhamukallahu….al-hadits”.
  1. Sunnah Orang Yang Bersin Untuk Kedua Kali Mengucapkan Setelah Yang Lain Mendoakannya : Yahdikumullahu Wa Yushlihu Balakum Atau Yarhamunallahu Wa Iyyakum Wa Yaghfiru Lana Walakum
Di dalam hadits Abu Hurairah yang lalu, bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Apabila salah seorang dari kalian bersin hendaknya dia mengucapkan Alhamdulillah, dan saudaranya atau temannya mengucapkan untuknya “Yarhamukallah “, dan apabila saudaranya mengucapkan yarhamukallah maka hendaknya dia mengucapkan “Yahdikumullah wa yushlihu balakum[11]“. atau dia mengucapkan “Yarhamunallah wa iyyakum wa yaghfiru lana wa lakum “. Doa tersebut dijelaskan pada riwayat hadits Nafi’ dari Ibnu Umar : “Bahwa Abdullah bin Umar apabila dia bersin dan diucapkan baginya Yarhamukallah, beliau berkata : “Yarhamunallahu wa iyyakum, wa yaghfiru lana wa lakum”[12].
  1. Sunnahnya Orang Yang Bersin Merendahkan Suaranya
Faedahnya ialah bahwa ketika orang yang bersin –kebanyakannya- membuat suara yang tinggi yang mengganggu maka disunnahkan baginya untuk merendahkan suaranya dengan meletakkan tangannya atau pakaiannya ke wajahnya. Meletakkan tangan atau pakaian ke mulut ada faedah yang lain yaitu : Bahwa orang yang bersin tidak aman –kebanyakan- dari keluarnya sesuatu dari mulutnya, maka disunnahkan baginya meletakkan tangannya ke mulutnya. Dan hal tersebut telah dijelaskan dalam sebuah Sunnah, Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu meriwayatkan : “Bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam apabila bersin beliau menutup wajah beliau dengan tangan atau pakaian beliau dan dengan demikian beliau merendahkan suaranya”[13].
  1. Mendoakan Orang Yang Bersin Sebanyak Tiga Kali, Selama Lebih Dari Tiga Maka Bersinnya Karena Flu
Hadits Salamah bin Al-Akwa’ bahwa dia mendengar Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam sementara seseorang yang berada di sisi beliau bersin, maka Nabi berkata kepadanya : “Yarhamukallah” kemudian orang itu bersin kembali maka Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Orang ini terkena flu”[14].
Konteks hadits ini, membatasi ucpaan doa untuk orang yang bersin dengan dua kali saja, akan tetapi nash-nash yang lain datang mengaitkan bahwa orang yang bersin didoakan sebanyak tiga kali.

Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu dia berkata : “Doakan saudaramu yang bersin sebanyak tiga kali kalau lebih dari tiga maka dia sedang flu”[15].
An-Nawawi berkata : “Ulama berselisih tentang hal tersebut, Ibnul Arabi Al-Maliki berkata : ada yang berpendapat : dikatakan kepada orang yang bersin untuk yang kedua kali : Kamu kena flu, dan ada yang berpendapat : dikatakan kepadanya pada bersin yang ketiga, dan ada yang berpendapat : pada bersin yang keempat, dan yang paling shahih agar dikatakan kepadanya pada bersin yang ketiga, Ibnul Arabi berkata : Dan maksudnya bahwa kamu bukan orang yang mendoakannya setelah ini, karena yang ada padamu adalah flu dan penyakit, bukan bersin yang ringan[16].

Ibnul Qayyim berkata : “ Dan penjelasan beliau tentang hadits :”Orang itu kena flu” adanya peringatan untuk medoakan baginya kesembuhan, karena flu itu penyakit, dan pada hadits tersebut adanya udzur bagi orang yang tidak mendoakan setelah bersin yang ketiga. Hadits ini juga berisikan suatu perhatian terhadap sebab ini agar seseorang memahaminya dan tidak mengabaikannya, sehingga membuat susah urusannya. Dengan demikian perkataan beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah hikmah dan rahmat, ilmu dan petunjuk[17].
  1. Bolehnya Mendoakan Ahlu Dzimmah – yakni kafir dzimmi, pent – Ketika Bersin Dengan Doa “Yahdikumullah Wa Yushlihu Balakum”
Masalah ini disebutkan di dalam hadits Abu Musa Al-Asy’ari, beliau berkata : Seorang Yahudi bersin di sisi Rasulullah, dia berharap agar Nabi mengucapkan untuknya yarhamukallah, namun yang Nabi ucapkan adalah : “yahdikumullah wa yushlihu balakum“[18].
Berdasarkan ini boleh mendoakan ahlu dzimmah –apabila mereka bertahmid setelah bersin- dengan doa hidayah dan taufiq kepada keimanan, dan tidak mendoakan mereka dengan rahmat dan maghfiroh, karena mereka tidak pantas untuk doa itu.

Faedah :
boleh bagi orang yang bersin di dalam shalat agar bertahmid kepada Allah, namun tidak boleh bagi orang yang mendengarnya mendoakannya dengan mengucapkan yarhamukallah[19].

Kedua : Adab-adab Menguap

Disunnahkan Menahan Mulut Ketika Menguap Karena Hal Itu Dari Syaithan


Di dalam perkara ini adanya hadits Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam beliau bersabda : “… sedangkan menguap maka dia itu dari syaithan…al-hadits”[20]. An-Nawawi berkata : “ Menguap sering terjadi bersamaan dengan rasa berat, jenuh, penat, badan cenderung merasa malas. Penyandaran perbuatan tersebut kepada syaithan karena dialah yang mengajak kepada syahwat, dan maksudnya di sini adanya peringatan terhadap sebab yang melahirkan darinya berpuas-puas dan memperbanyak di dalam masalah makanan[21].

Adapun menahan menguap maka hal itu adalah perkara yang disunnahkan, dan tentang hal tersebut banyak hadits-hadits yang menerangkannya, dan diantara hadits-hadits tersebut adalah hadits Abu Hurairah, beliau berkata : Bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Menguap itu dari syaithan maka apabila salah seorang dari kalian menguap maka hendaknya dia menahannya, dan apabila salah seorang dari kalian ketika menguap mengucapkan “ haa “, syaithan akan menertawakannya”, pada lafazh riwayat Muslim : “Apabila salah seorang dari kalian menguap maka hendaknya dia menahannya semampunya”. Pada lafazh riwayat Ahmad: “Maka hendaknya dia menahannya semampunya dan janganlah ia mengucapkan “aah aah,” karena sesungguhnya apabila ada salah seorang dari kalian membuka mulutnya maka sesungguhnya syaithan menertawakannya atau tertawa kepadanya”[22] .

Diriwayatkan dari Abu Sa’id Al-Khudri radhiallahu ‘anhu beliau berkata : Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Apabila salah seorang dari kalian menguap maka hendaknya dia menahan dengan tangannya ke mulutnya, karena syaithan itu masuk”, dan pada lafazh riwayat Ahmad: “Apabila salah seorang dari kalian menguap dalam shalat, maka hendaknya dia meletakkan tangannya ke mulutnya, karena syaithan itu masuk bersama menguap”[23]

Al-Kazham
– menahan – terkadang dengan jalan menahan dengan mulut dan mencegahnya agar tidak terbuka, dan terkadang dengan menekan gigi-gigi pada bibir, dan terkadang dengan meletakkan tangan atau pakaian pada mulut dan yang semisalnya.

Catatan penting
: Sebagian orang bersandar kepada permohonan perlindungan dari syaithan ketika menguap, ini adalah kesalahan yang nyata, dari dua sisi :

Yang pertama
: Bahwa ta’awwudz (mohon perlindungan) adalah perkara dzikir yang ia buat-buat dari dirinya sendiri yang tidak disyariatkan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Kedua
: Orang tersebut telah meninggalkan sunnah yang Nabi perintahkan ketika menguap, yaitu menahan mulut ketika menguap semampunya apakah dengan pakaian atau dengan meletakkan tangan atau dengan cara yang lain, maka hendaknya seorang muslim memperhatikan hal ini.

Terjemahan dari kitab : “Kitab Al-Adab”, karya : Fu`ad bin Abdul Azis Asy-Syalhuub.



[1] HR. Al-Bukhari (6226).

[2] Tasymiyat orang yang bersin : mendoakan baginya. Ibnu Sayyiduhu berkata : Syammatal ‘athis, wa sammatal alaihi, mendoakan baginya tidak terjadi dalam keadaan bersin, dan dengan huruf sin salah satu bahasa dari ya’qub. Dan setiap orang mendoakan kepada orang yang bersin maka dia adalah musyammit lahu, dan musammit, dengan huruf syin dan sin, dan syin lebih tinggi kedudukannya dan lebih fasih dalam bahasa mereka. (Lisan Al-Arab : 2/52)

[3] Ibnul Qayyim berkata : ketika orang yang bersin mendapatkan nikmat dengan bersinnya dan manfaat dengan keluarnya uap yang tertahan di otaknya yang mana kalau tertinggal padanya akan terjadi padanya penyakit-penyakit yang menyusahkan, maka disyariatkan baginya untuk bertahmid kepada Allah atas nikmat ini bersamaan dengan tetapnya anggota badanya diatas keadaannya setelah adanya goncangan pada badan sebagaiman goncanga pada bumi. (Zaad Al-Ma’ad 2/438).

[4] HR. Al-Bukhari (2445) Muslim (2066) Ahmad (18034) At-Tirmidzi (2890) An-Nasaa’i (1939).

[5] Lihat Al-Aadabus Syar’iyyah (2/318) dan Syarah Muslim jilid ketujuh (14/26).

[6] HR. Al-Bukhari (6225) Muslim (2991) Ahmad (11551) At-Tirmidzi (2742) Abu Daud (5039) Ibnu Majah (3731) dan Ad-Darimi (2660).

[7] HR. Muslim (2992) dan Ahmad (19197).

[8] Zaad Al-Ma’ad (2/442).

[9] Zaad Al-Ma’ad (2/332).

[10] HR. Al-Bukhari (6224) Ahmad (8417) Abu Daud (5033) Ibnul Qayyim berkata dari riwayat Abu Daud : “isnadnya shahih” (Zaad Al-Ma’ad 2/436). Al-Albani berkata di dalam shahih Abu Daud : “shahih”.

[11] Yaitu urusan kalian.

[12] HR. Malik (1800) pentahqiq Zaad Al-Ma’ad berkata : “sanadnya shahih”. (2/437) (hasyiah 2).

[13] HR. At-Tirmidzi (2745) dan berkata : “hasan shahih”, Abu Daud (5029) Al-Albani berkata : “hasan shahih”.

[14] HR. Muslim (2993) Ahmad (16066) At-Tirmidzi (2743) Abu Daud (5037) dan Ad-Darimi (2661).

[15] HR. Abu Daud (5034) Al-Albani berkata : “hasan mauquf dan marfu’”.

[16] Al-Adzkar (393).

[17] Zaad Al-Ma’ad (2/441).

[18] HR. Abu Daud (5038) Al-Albani berkata : “shahih”, Ahmad (19089) dan At-Tirmidzi (2739).

[19] Lihat Fatawa Al-Lajnah Ad-Daa`imah dengan no. (2677) (7/30).

[20] HR. Al-Bukhari (6226) Muslim (2994) Ahmad (27504) At-Tirmidzi (370) dan Abu Daud (5028).

[21] Syarh Shahih Muslim jilid 9 (18/97).

[22] HR. Al-Bukhari (3289) Muslim (2994) Ahmad (9246) At-Tirmidzi (370) Abu Daud (5028).

[23] HR. Muslim (2995) Ahmad (10930) Abu Daud (5026) dan Ad-Darimi (1382).

Tiada ulasan:

MEDAL OF HONOR TO ALL MY FOLLOWERS. PLACE IT TO YOUR BLOG.TQ FOR YOUR SUPPORT.

WSB

PENAFIAN / DENIAL

B'jue Corner tidak bertanggungjawab terhadap sebarang kehilangan atau kerosakan yang dialami kerana menggunakan kandungan di dalam blog ini.

B'jue Corner irresponsible on any loss or damage undergone because use content in this blog.

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...